Bulek dan Reminder dari Gusti Allah (bag.2)
Rabu, 8 Agustus pukul 08.30. Aku buru-buru berangkat lebih awal karena mau mampir perpanjangan STNK motor terlebih dahulu. Di lorong sebelah rumah, aku berpapasan dengan Mbak Nisa yang hendak menyiram tanaman di halaman depan. Di depan rumah aku berpapasan juga dengan Mbak Novi, menantu bulek yang sehari-hari berjualan takoyaki dan jus di depan rumah. Kami pun saling bertegur sapa. Tidak ada pikiran macam-macam di kepalaku. Semua baik-baik saja, kukira. Sekitar jam 10.40, Mas menjemputku ke tempat kerja. “Nomor hp mu dihubungi kok ndak bisa?” “Iya, hp ku rusak, nggak pegang hp jadinya.” ”Sudah tau belum, kalau Lek Um nggak ada?”. “Innalillahi wa inna ilaihi roji’un..”, aku kaget bukan kepalang. Aku bergegas menutup toko dan pulang ke rumah. Ya Allah ini beneran nggak sih.. bisikku dalam hati sambil menahan air mata yang hendak menetes. Sampai di rumah, rumah bulek sudah dipasangi tenda dan sudah ramai orang, kursi-kursi dikeluarkan. Aku disambut oleh bapak deng